Adsense Atas
Rasulullah saw. bersabda: Demi Allah, kami tidak akan mengangkat seorang pun yang meminta sebagai pemimpin atas tugas ini dan tidak juga seorang yang berambisi memperolehnya
(H.R. Muslim)


Prologue

Adalah sebuah istilah arab “al insanu madaniyun bi tab’i”, manusia adalah makhluk social, dan sebagai makhluk sosial selain memiliki potensi untuk berjalan satu rel, bersatu padu, dan memiliki kesamaan tujuan manusia juga memiliki kemungkinan untuk saling berpecah belah, saling bertentangan, mementingkan kepentingan pribadi bahkan saling menghancurkan. namun menjadi naluri bahwa setiap manusia yang bersosial pastilah memilih salah seorang diantara mereka untuk menjadi penanggung jawab ataupun pemimpin, baik dari lingkup terkecil seperti keluarga hingga organisasi masyarakat besar seperti negara.
Kebutuhan akan pemimpin telah menjadi suatu kemestian bagi tiap individu. Namun saat berbicara mengenai format pemimpin yang ideal kita seakan berada pada kebuntuan yang tak berujung, budaya asli indonesia yang telah bercampur baur dengan pengaruh luar menimbulkan bermacam-macam cara dan ukuran untuk menentukan kualitas serta kelayakan seseorang untuk menjadi pemimpin. Keadaan ini makin terlihat pasca reformasi, ditengah kebutuhan akan pemimpin yang mumpuni, penyakit korupsi dan arus peng
aruh budaya global yang luar biasa menggerahkan membuat rakyat awam menjadi korban dan objek permainan elit politik, rakyat menyalurkan aspirasinya dengan segala kebuntuan intelektual akibat kurangnya pengetahuan politik. Keadaan tersebut tak ubahnya seperti pembeli yang membeli kucing didalam karung. Di lain sisi kemampuan politikus untuk bermetamorfosis, berganti-ganti wajah dan warna bukanlah sesuatu yang rahasia lagi, akan banyak orang yang dermawan saat musim PILKADA, muncul ustadz politik dadakan yang berkhotbah di masjid-masjid, seakan kedermawanan dan spiritual menjadi kedok dan alat belaka untuk mencapai tujuan.
Menilik keadaan ini kita mencoba menggali lewat khazanah nilai agama yang dianut mayoritas penduduk negeri ini, sisi spiritual ini hakekatnya merupakan hal terpenting sebagai tolak ukur kualitas individu yang kerap kali dilupakan. Sosok Muhammad SAW sebagai bentuk nyata dari pengewahjantaan wahyu ilahi mencontohkan model kepemimpinan yang paling sempurna sepanjang sejarah peradaban manusia, dan kecil kemungkinan bahkan tidak mungkin untuk menemukan pemimpin lain yang lebih baik dari beliau SAW.
Namun sebagai pengikutnya adalah utama untuk mengikuti ataupun meniru-niru tindak tanduk beliau, meskipun imitasi pasti tidak sama dengan asli. Namun instrument ibadah yang disampaikan oleh Muhammad berupa sholat memungkinkan kita untuk mengukur kadar kualitas seorang calon pemimpin lewat rutinitas individu dan sosial tersebut.
Bila ditilik secara mendalam kita akan menemukan sisi luar biasa pada ibadah sholat, karena sholat yang secara zahirnya merupakan alat komunikasi antara makhluk dengan kholiknya ternyata juga merupakan bengkel rohani bagi mereka yang mengerjakannya. Pada masa Rasulullah pemilihan seorang amir atau pemimpin bukanlah dilihat pada sisi financial, strata social apalagi pengaruh dan ambisi. Tetapi lebih ditekankan pada kadar kesalihan dan keahliannya, asketik tanpa keahlian politik dan tata negara akan menghasilkan ustadz, sufi dan sebagainya. Sedangkan keahlian politik yang garing dari unsur kespiritualan akan menghadirkan seorang tiran, penindas, penguasa yang lalim dan menghalalkan segala cara. Maka keahlian yang dimiliki seseorang tanpa iman adalah seperti jalan panjang tanpa tujuan dan iman yang disertai dengan keahlian adalah bagaikan jalan lurus bertujuan yang terang menderang.
Maka adalah hal utama dalam memilih seorang pemimpin baik pada lingkup sempit maupun luas untuk menjadikan sholat sebagai salah satu unsur dari unsur-unsur lain yang perlu diperhatikan.
The Mean Of Sholat

Seperti kisah biksu Tong Sam Cong bersama muridnya Patkai, Sun Go Kong dan Whucing yang menempuh halangan dan rintangan dalam menjemput kitab suci kearah barat, tidaklah sekuku bila dibandingkan dengan perjalanan Rasulullah untuk menjemput sholat menembus tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit, maka adakah yang lebih luar biasa daripada perintah sholat. Dalam suatu riwayat Rasulullah SAW pernah ditanya oleh malaikat jibril, bila dibandingkan manakah yang lebih utama antara dunia beserta isinya dan Rasulullah, maka beliau menjawab bahwa beliaulah yang lebih utama, lantas Jibril kembali bertanya manakah yang lebih utama antara Agama dan Rasulullah maka Rasulullah menjawab bahwa agama adalah lebih utama, karena tidaklah beliau diutus kecuali untuk untuk menyampaikan agama. Dan sholat merupakan tiang agama kedua setelah syahadat.
Sholat merupakan sarana untuk menuju Tuhan, Mi’raj mereka yang berislam dan beriman, rutinitas lima kali sehari ini merupakan penyuci jiwa dan raga, rohani dan jasmani, sarana beristirahat, gula-gula iman, tanda kasih sayang Allah kepada makhluknya. Bayangkan seandainya sholat tidak pernah dijemput oleh Rasulullah maka bagaimanakah kita mendekati Allah Jalla wa A’la?, Bagaimana kita curhat kepada Allah? Dan bagaimana kita akan mendapatkan tarbiyahnya bila kita tidak mendekatinya?. Dalam kitabnya Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku”.
Manakah yang lebih berbahaya seorang tentara yang membawa senapan M-16 tanpa peluru dan seorang lagi bermagasin penuh, tentu yang bermagasin penuhlah yang lebih berbahaya, demikian pula seorang pemimpin dengan kalimat Allah didadanya adalah jauh lebih utama dari pada puluhan pemimpin yang hanya mengenal kedudukan dan dolar.

Sholat Power of Attraction

Sholat adalah laksana samudera dengan kedalaman tanpa batas yang mengundang penyelam-penyelamnya untuk lebih bersungguh-sungguh bila ingin mengetahui rahasianya, daya tarik sholat hanya akan tergambar pada jiwa mereka yang menyibukkan diri dengannya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dikatakan bahwa Allah SWT membagi sholat antara dia dan hambanya, pada kalimat “hanya kepadamulah kami menyembah dan hanya kepadamulah kami memohon pertolongan”, point iman ini merupakan poin kualitas pertama bagi seorang pemimpin ideal. Menggambarkan keyakinan kuat kepada Allah dan ketidak butuhan kepada makhluk, sepenuhnya hanya ada kekuatan dan kuasa Allah dan makhluk memberikan faedah bila ada izinNya, keyakinan ini akan memusnahkan segara harapan dan hubungan yang dibina atas selain karenanNya.
Keteraturan dan ketepatan waktu sholat merupakan point selanjutnya dari kualitas pemimpin sejati, point disiplin waktu adalah suatu kemestian yang harus dimiliki oleh seorang yang akan memimpin setengah dari 400 juta kaum muslimin di Asia Tenggara. Dan kemampuan ini pastilah dimiliki oleh individu yang bertanggung jawab, individu yang bertanggung jawab terhadap Tuhannya sudah barang tentu akan bertanggung jawab pula kepada makhluk Tuhannya, karena secara peralahan ia akan menyadari tugasnya terhadap sesama manusia. Adalah sholat akan menghasilkan seorang individu yang siap menghadapi segala hal karena kesiapan tersebut telah teruji dengan kesiapannya melayani Tuhannya selama 24 jam.
Point selanjutnya merupakan point yang telah dijanjikan Allah pada firmannya “bertahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Allah mengangkatmu ke tempat yang terpuji”, seorng dokter yang sholat adalah lebih unggul dari yang tidak sholat, seorang pengusaha yang sholat adalah lebih baik dari yang tidak sholat dan seorang pemimpin yang sholat adalah lebih unggul dari pemimpin yang tidak sholat. Rasulullah bersabda “sholat adalah mi’rajnya bagi orang beriman.” Keunggulan ini bersifat jasmaniah dan rohaniah, keunggulan secara intelektual, moral dan spiritual.
Sisi lain sholat yang luar biasa adalah pembinaan sikap rendah hati, dalam sholat tidak dipandang seseorang karena kekayannya, kekuasannya, keahliannya dan bentuk tubuhnya. Diwaktu bersujud maka posisi kepala adalah lebih rendah dari pada lambung tempat menyimpan sisa makanan dan anus sebagai tempat pembuangan kotoran, maka apakah yang pantas dibanggakan oleh makhluk yang berasal dari sesuatu yang hina. Seorang pemimpin yang jahat dan kasar sekalipun akan dapat berubah menjadi individu yang rendah hati dan berlemah lembut bila melaksanakan sholat dengan istiqomah.
Melaksanakan sholat khusyu’ dan dalam waktunya adalah harga mati tanpa tawar, dimanapun anda dan siapapun anda bila mendengar seruan azan maka lupakan urusan dunia dan datanglah padaNya. Point ini membina seorang individu menjadi pemimpin yang efisien dan berdisiplin. Ia akan terbiasa melaksanakan segala sesuatunya tepat waktu dan sebaik mungkin, mengutamakan keindahan dan kesempurnaan dalam pekerjaannya dan dimanapun ia berkecimpung dengan efisiensi dan disiplin ia akan menjadi panutan pada segala lingkup dan suasana.
Azizzullah Ilyas/ 2009
Adsens Kiri Adsens Kanan

2 komentar:

Postkan Komentar Anda

 
Note & Pena © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top