Dalam dinamika kehidupan ini, sudah menjadi fitrah manusia bahwa mereka mempunyai naluri biologis seperti nafsu seks yang mendorongnya untuk mencari penyaluran seks (relasi seksual). Nafsu seks tersebut terkadang sangat kuat. Bagi orang yang belum mampu menikah tidak ada jalan lain baginya kecuali harus berusaha mengendalikan nafsu tersebut sekuat tenaga agar tidak jatuh dalam perbuatan yang dilarang oleh agama (relasi seksual bebas) dan penyimpangan-penyimpangan seks yang berdosa dimana dalam perspektif moral Islam, seks didudukkan sebagai hal yang perlu diwaspadai dengan zina sebagai rambu-rambunya.
Kartini Kartono, dalam bukunya Psikologi Abnormal dan Abnormal lintas seksual mengatakan bahwasannya tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang bermacam-macam itu dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhannya yang selalu mendorongnya supaya mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Kebutuhan-kebutuhan manusia itu dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu : Kebutuhan fisik, Kebutuhan psikis. Kebutuhan fisik ialah kebutuhan akan makan, minum, hubungan seksual, dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan psikis adalah kebutuhan akan rasa kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas, rasa sukses, rasa mengenal dan sebagainya.
Seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya. Apabila salah satu dari kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ia akan menjadi gelisah dan merasakan ketegangan batin. Kegelisahan dan ketegangan batin itu mendorongnya untuk melakukan sesuatu, supaya dapat menghilangkan rasa yang tidak enak itu. Apabila tidak mampu memenuhinya, terkadang ia lalu mencari kepuasan dengan cara yang tidak wajar, misalnya berkhayal yang indah-indah (pelampiasan melalui onani atau masturbasi), memfitnah, mencuri, berzina, nakal, pendusta, menganiaya diri atau orang lain, menyakiti badan orang atau hatinya, dan berbagai kelakuan menyimpang lainnya.
Siegmund Freud seorang pendiri ilmu psikoanalisa menyimpulkan tentang tingkah laku manusia, bahwa manusia hidup didorong oleh dua naluri yaitu:
1. Makan untuk mempertahankan hidup pribadi
2. Seks untuk mempertahankan keturunan.
Tanpa makan manusia tidak akan pernah dapat mempertahankan hidup, begitu juga apabila manusia ingin mempertahankan keturunan tanpa adanya hubungan seks, mustahil dapat meneruskan generasi setelahnya.
Dalam tinjauan biologi, manusia terdiri dari organ-organ tubuh luar dan dalam. Diantara organ yang vital adalah otak Dengan adanya otak maka ada pula akal, karena akal itu merupakan proses dan aktivitas biokimia yang diatur secara rapi dalam otak. Akal manusia tidak mungkin berdiri sendiri wujudnya, selalu berhubungan dengan adanya proses kimia otak. Semua gejala emosi, perasaan, dan kejiwaan manusia berhubungan erat dengan proses kimia ini. Proses berfikir atau manifestasi emosi tidak mungkin terjadi tanpa adanya perubahan-perubahan kimia ini. Perbuatan zalim, sikap agresif, kasih sayang seseorang yang sedang bercinta dan sebagainya adalah hasil dari proses kimia otak. Atau dengan kata lain “sistem syaraf manusia berfungsi untuk mengatur dan mengintegrasikan fungsi dan kerja sistem lain dalam tubuh, dan merupakan pusat intelegensi dan sifat manusia.”
“ Frekuensi Implementasi hubungan seksual/minggu
18-24 tahun : 3,2 kali
25-34 tahun : 2, 55 kali
35-44 tahun : 2 kali
Dari diagram ini saja, apabila prilaku seks yang normal tidak tersalurkan dengan baik, maka peyimpangan seks pun akan terjadi, seperti onani, masturbasi dan lain sebagainya.
Prilaku manusia yang menempuh kehidupan seks secara heteroseksual ini telah disinggung dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya :
“Manusia terpedaya mencintai syahwat (keinginan-keinginan) ; perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk-tumpuk dari emas dan perak binatang-binatang peliharaan dan tanam-tanaman (kebun-kebun). Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan kepada Allah tempat kembali yang baik (QS. Ali Imran :14) “
Bila diperhatikan ayat tersebut di atas mengandung pengertian amat luas dalam masalah syahwat terutama yang menyangkut dasar-dasar etika Islam. Kecintaan kepada wanita dalam ayat ini dikatakan sebagai hiasan atau sesuatu yang dijadikan indah pada pandangan manusia. Ini berarti syahwat yang dimiliki oleh manusia bukanlah sekedar alat untuk mencapai kepuasan kebutuhan biologis belaka. Akan tetapi di dalam syahwat mengandung nilai-nilai yang tinggi yang harus dirawat dan dilakukan secara benar, sehingga menghasilkan jiwa yang sehat.
Bagi orang yang beragama masalah di atas akan menjadi mudah, karena dalam agama ada keyakinan kepada zat yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Maha Penyayang yaitu Tuhan (Allah). Kepada-Nyalah seseorang akan mengadukan dan menyandarkan segala persoalan yang berada di luar batas-batas kemampuannya, dan kepada-Nya pula ia memohon pertolongan dan perlindungan. Sesuai dengan firman Allah SWT. Di dalam Al Qur’an Surat Al Fatihah ayat 5 :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Artinya :
“Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (Q.S. Al Fatihah : 5)
Adsens Kiri | Adsens Kanan |
0 komentar:
Posting Komentar
Postkan Komentar Anda