Adsense Atas
HMI hakekatnya merupakan bagian dari umat, HMI berjuang untuk siapa dan untuk umat yang mana? dan HMI dinilai oleh umat, lantas kemanakah HMI tanpa umat?, apakah HMI perlu ada?, Quo Vadis HMI?. Beragam jawaban akan muncul baik melalui analisa atau jawaban langsung dengan emosi tanpa unsur keilmuan sedikitpun.
Secara historis HMI didirikan karena tekanan-tekanan penjajahan yang mengharuskan Islam menunjukan jati diri dan kekuatannya, para pemuda-pemuda Islam menyingsingkan lengan bajunya menyambut seruan Jihad menentang musuh-musuh Islam untuk membebaskan umat Islam secara khusus dan bangsa Indonesia secara umum dari keterbelakangan. 5 Februari 1947 merupakan sebuah awal dimana HMI dibentuk untuk bergerak sebagai bagian umat dengan mewajahkan Islam dalam model yang moderat dan berkualitas.
Ditilik lebih lanjut bahwa tujuan yang pertama point ke-2 dari tujuan Hmi adalah : “Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam”, dan latar belakang munculnya HMI pada point ke-2 adalah disebabkan “kesenjangan dan kejumudan umat Islam dalam pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam. Dan tujuan HMI yang tertuang pada pasal 5 anggaran dasar HMI yaitu : “Terbinanya insan akademi pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridho’i Allah SWT”.
Demikian indahnya tujuan HMI untuk umat sehingga seharusnya untuk mewujudkan tujuan yang luar biasa ini diperlukan formula-formula yang luar biasa pula, formula luar biasa inilah yang nantinya meletakkan HMI pada posisi dimana HMI dapat diterima umat dan bermanfaat untuk umat.
Belajar dari putaran roda, dirotasi atas atau bawakah posisi HMI saat ini untuk umat?, seberapa besarkan sumbangan HMI untuk umat? sejauh manakah HMI dikenal oleh umat?, apakah yang membuat HMI berbeda menurut umat?, apakah hakekat identitas HMI sesungguhnya?, untuk siapakah HMI berjuang?, dan karena siapa HMI bergerak?.
Seluruh pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh kader HMI periode ini, masa mesra HMI bersama umat saat ini tengah dijalani oleh para alumni HMI yang telah mewakili umat baik pada tingkatan terkecil hingga nasional. Namun masih mampukah kader HMI mendatang mengulangi masa mesra bersama umat melihat situasi perkaderan HMI yang kritis dan kurang populernya HMI dimata umat.
Kausalitas merupakan sunnatullah, apa yang akan terjadi terhadap HMI hari esok ditentukan oleh apa yang dilaksanakan oleh HMI hari ini, maka penulis mencoba memaparkan tulisan “kader HMI dan umat; peranan dan kontribusinya dengan merumuskan masalah sebagai berikut.
Arah Baru Pergerakan Umat
Umat Islam khususnya para pemuda dan mahasiswa tengah mengalami problem Ideologi, dimana Ideologi sesungguhnya telah dikaburkan dan disalah tafsirkan oleh unsur yang diharapkan mampu menguatkan ideologi tersebut. hal ini menyebabkan ideologi yang sesugguhnya (ideologi Islam) cendrung tak berjiwa sehingga Islam tidak lagi menjadi world view bagi para pemuda Islam, dan hal-hal yang tidak penting menutupi hal yang penting.
“Mengedepankan hal yang penting”, inilah yang saat ini sedang dijalani oleh kawan-kawan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), berlajar dari sejarah bahwa hal pertama dan utama yang menyatukan bangsa Indonesia dan membawa bangsa Indonesia menuju kemerdekaan adalah Islam dan bukan nasionalisme karena Islam lebih nasionalis dari nasionalisme itu sendiri. Namun pengkaburan sejarah yang dilakukan rezim orde baru mengharuskan posisi organisasi-organisasi Islam seperti SI (sarekat Islam) yang merupakan organisasi terbesar dan pertama dalam sejarah Indonesia harus digantikan oleh organisasi nasionalis semisal BO (Boedi Oetomo) yang sesungguhnya hanyalah organisasi segelintir orang dari kalangan bangsawan jawa.
Perubahan paradigma terhadap Islam harusnya lebih dicermati oleh kader HMI, umat menunggu kontribusi dan peranan HMI yang lebih berwarna dari sekedar peranan yang sedikit “malu-malu” untuk menunjukan warna Islam. Dan kalaupun tidak malu terasa bahwa terjadi degradasi nilai Islam dan pengamalannya pada tubuh HMI, ini seharusnya mendapat perhatian yang serius dari segala kalangan dalam tubuh HMI.
mengingat nasihat salah seorang pemikir Islam mengenai penyebab keterbelakangan umat :
ترك الإسلام دينهم فتأخروا و ترك الكافرون دينهم فتقدموا
“umat Islam meninggalkan agamanya maka mereka menjadi mundur, dan umat non Islam meninggalkan agamanya maka mereka maju”.
Sebagai perbandingan kami hadirkan arah metode pergerakan KAMMI dalam merebut simpati umat yang disampaikan Bidang Kaderisasi KAMMI Pusat pada Musyawarah Kerja Nasional KAMMI Asrama Haji, Jakarta, 8-11 Maret 2007
Text Box: Mahasiswa Muslim
Berbicara masalah kontirbusi HMI untuk umat, maka kita akan menemukan sejarah yang dicatat oleh tinta emas dimana pada era 50-60 an HMI ikut berjuang bersama umat, berada pada garda terdepan mengusung kepentingan bangsa dan umat. Sesuatu yang membutakan bila kita terlena melihat sejarah masa lalu tanpa sadar keadaan masa kini, HMI diakui atau tidak saat ini sedang berada pada dua sisi roda secara bersamaan (atas dan bawah), para alumni HMI berada diatas dengan menempati posisi-posisi strategis baik pada tingkatan lokal dan maupun nasional sedangkan perkaderan HMI pada tingkatan mahasiswa berada pada posisi yang memilukan.
Lantas bagaimanakan HMI akan berkiprah untuk umat dengan cemerlang, sedang dalam tubuh HMI sendiri masih terdapat beragam borok yang mesti segera disembuhkan. Hakekatnya bila kita mau melihat lebih jernih asal muasal dan sumber segala sumber permasalahan yang ada di tubuh HMI adalah terletak pada permasalahan perkaderan.
Gibb dalam bukunya “wither Islam” berkata : “sesungguhnya gerakan-gerakan Islam pada umumnya berkembang dengan cepat dan mengejutkan. Ia akan meledak dengan ledakan tiba-tiba sebelum para pengamat berhasil mendeteksi tanda-tanda kemunculannya”.
Ben Gourion berkata : “kami tidak takut sosialisme, nasionalisme dan individualisme di timur Tengah. Namun yang kami takuti adalah Islam yang telah tidur pulas sekian lama, dan kini mulai bangun dan bergerak.”
Haruskah HMI merasa tengah bangkit bersama umat dan bergerak, sedang kenyataannya HMI selalu bertabur konflik interen, ataukah HMI sedang berjalan menuju jurang untuk hilang dari pentas sejarah, volume perekrutan kader HMI mengalami kemerosotan, HMI mulai kehilangan relevansinya dan menuju kelompok yang marginal. Bila renaissance ditubuh HMI tidak segera dilaksanakan maka dimasa mendatang kita akan melihat organisasi model KAMMI (PKS), Gerakan Pemuda Pembebasan (HTI), dan lainnya yang akan bermain di pentas.
Ila Ayna HMI ?
HMI yang bukan lembaga organisasi masa tetapi lembaga pendidik lebih mendekatkan HMI ke Muhammadiyah ketimbang NU, hal ini dilihat dari pola perekrutan HMI yang lebih mengedepankan aspek kognitif dari afektif, oleh karena itu nilai Islam terasa lebih gersang bila dibandingkan dengan organisasi lain seperti KAMMI, LDK, HTI. Pengembangan pemikiran dan keintelektualan lebih dikembangkan di HMI ketimbang pengembangan Qalb (Islam).
Hal ini berpengaruh pada saat sesuatu yang berkaitan dengan Qalb (agama) menjadi trend, HMI yang tidak memperhatikan perubahan ini akan kurang mendapat perhatian dari kalangan mahasiswa, selanjutnya HMI dianggap tidak populer dan kurang tepat.
Keadaan ini harusnya memaksa HMI untuk “melek” lebih berkonsentrasi terhadap perubahan dari sekedar disibukkan perebutan posisi baik pada Konfercab ataupun Kongres, HMI tidak bermusyawarah tetapi berdebat, HMI tidak bersaudara tetapi saling berkompetisi.
Mengembalikan world view mahasiswa ke islam yang moderat tanpa menghilangkan keaslian Islam dan keradikannya merupakan tugas awal, kekuatan Islam yang tidak narrow horizon bila dimiliki oleh kader HMI akan menumbuhkan sebuah warna baru bagi semangat pergerakan yang lebih menohok. Formula LK I dengan Kognitif totalnya, indepedensi dan tradisi Intelektual menjadi tanda tanya besar, mengapa tiga instrument tersebut saat ini seakan kehilangan kekuatan, atau gerakan HMI telah kehilangan Soul Of Power nya.
Apakah HMI sudah tua hingga sudah pantas untuk mati?
Kontribusi HMI untuk Umat ; Sebuah Utopiakah?
Tantangan Ideologi, modernitas, invansi budaya, intelektualitas harus menjadi perhatian utama HMI saat ini. Fakta yang terjadi bahwa masyarakat lebih mengenal KAMMI yang PKS dengan aksi jilbabernya ketimbang HMI yang tua dan lamban sudah cukup menjadi cambuk bagi pergerakan lembaga pendidikan ini. HMI dulu telah sukses menyumbangkan kader-kader terbaiknya untuk umat dan saat ini di tubuh HMI dibutuhan para Pionir yang percaya bahwa “sejarah kerap mengulangi kisahnya (Ibn Khaldun)”.
Menanggapi isu baru dan bergerak cepat namun tepat, dan keberanian diri untuk menerima sesuatu yang baru serta tidak takut menguliti kesalahan interen. Adalah langkah awal bagi HMI untuk menuju HMI yang berwawasan umat. Umat membutuhkan sebuah organisasi yang lebih bergerak, HMI sudah kaya dengan nilai-nilai keintelektualan. Yang diperlukan adalah penerimaan HMI terhadap nilai-nilai gerak dan world view Islam yang memperhatikan sosial need dan student Interest.
Umat menunggu HMI yang kreatif, berdisiplin, tanggap dan cekatan terhadap permasalahan yang terjadi dengan wajah sosial dan Islam yang moderat. (Azielyass-HMI Palembang)
Adsens Kiri Adsens Kanan

0 komentar:

Posting Komentar

Postkan Komentar Anda

 
Note & Pena © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top